Jumat, 30 Desember 2016

Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak

Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak mengembangkan otonominya. Orangtua perlu tahu bahwa pada satu tahap perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi lebih besar. Dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Anak ingin melakukan sesuatu saat itu. Tetapi biasanya sebagai orangtua terkadang terlalu melindungi anak. Ketika dia ingin memanjat kursi, orangtua melarang dia, “Jangan, nanti jatuh”. Ketika dia memegang sesuatu tidak diperbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya.
Nah, akhirnya anak ini menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan, atau apa yang diberikan oleh pengasuhnya. Ketika hal ini terjadi bertahun-tahun, maka kita sudah mulai membentuk sebuah pola dalam diri anak, untuk menjadi pasif dan tidak mandiri. Cobalah memberikan sebuah latihan agar anak-anak mengerjakan sendiri.
Jika anda mempunyai anak yang sudah menginjak kelas 1 SD, sebaiknya jangan bawakan tasnya ketika dia turun dari mobil. Anda mungkin berpendapat, “Saya kan harus berangkat kerja, kalau harus menunggu dia akan lama sekali.” Hal seperti itu tidak boleh dilakukan.
Anda bisa berangkat lebih awal jika anda tahu itu akan membuat anda terlambat, dan biarkan dia membawa tasnya sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya karena kita tidak mau repot, akhirnya kita yang membawakan tasnya masuk ke kelas. Itulah hal-hal kecil yang membuat anak menjadi kurang mandiri.
Jika dia sudah bisa mengembalikan piring yang dia gunakan untuk makan ke tempat cucian, biarkan dia melakukannya. “Loh, kalau begitu apa gunanya pembantu yang saya bayar?” Justru itulah masalahnya, anda tidak memberikan kesempatan anak anda untuk mengembangkan dirinya.
Semua itu perlu latihan. Anda tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah proses. Sama seperti ketika dulu kita dibesarkan oleh kondisi susah payah oleh orangtua kita. Saat itu orangtua kita mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut pada kita.
Bahkan mungkin mereka merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik mungkin. Tetapi justru itulah yang ternyata baik bagi perkembangan kita. Kita akhirnya menjadi seorang yang mandiri, dan kemudian ketika kita sekarang sudah menjadi orang yang berhasil, kita tidak mau melakukan itu kepada anak kita dengan alasan kasian.
Inilah permasalahannya, kita harus melatih anak untuk memiliki karakter mandiri. Harus memberikan kesempatan pada mereka seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang sangat berguna bagi perkembangan karakternya.
Ketika seorang anak mengembalikan piring makan di tempatnya, mengangkat tasnya sendiri, mengembalikan sepatunya pada saat dia telah selesai pakai, atau melakukan kegiatan-kegiatan kecil maka si anak akan merasakan sebuah harga diri yang positif. Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal tersebut.
Ini akan membuat percaya dirinya melambung tinggi. Oleh karena itu, berikanlah kesempatan ini pada anak-anak anda. Anda tidak akan pernah kecewa melihat mereka bertumbuh dan berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka mulai menginjak masa-masa remaja.
Jadi, pastikanlah memberi suatu kesempatan pada anak anda untuk melakukan apa yang dia telah mampu lakukan. Itulah kunci untuk membantu anak memiliki karakter mandiri, percaya diri, dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab penuh.

Cara tepat memberikan konsekuensi pada anak


Pernahkah anak anda memecahkan gelas di rumah atau menumpahkan air di karpet? Situasi tersebut pasti pernah terjadi dan sangat wajar sekali, apabila terjadi di rumah dan ternyata anak anda yang melakukannya. Tetapi seringkali orangtua memberikan konsekuensinya yang tidak wajar.
Dengan alasan memberikan pelajaran tentang disiplin, seringkali bukan pemahaman disiplin yang diterima anak, tetapi perasaan dendam dan amarah terhadap orangtuanya. Mari kita pahami langkah dalam memberikan konsekuensi yang tepat, ini bukan hanya untuk anak yang kecil saja, tetapi bisa untuk remaja dan dewasa. Yang kami berikan adalah prinsip. Prinsip yang sehat dan tetap menjaga harga diri anak, dan tidak akan meninggalkan luka di batin anak.
1. Fokus Pada Permasalahan
Untuk kasus karpet yang terkena air, maka konsekuensi yang tepat adalah membersihkannya hingga kering, dan waktu disepakati untuk mengerjakannya. Waktu perlu disepakati, karena hal ini bisa digunakan anak untuk menghindari kewajibannya, misalnya untuk menghindari les dan lebih memilih membersihkan karpet. Gunakan waktu bermain atau waktu santai untuk mengerjakannya.
Hindari memberikan konsekuensi yang tidak ada kaitannya, misalnya tidak boleh nonton televisi selama seminggu atau tidak mendapat uang jajan 2 hari. Jangan melampiaskan marah yang berlebihan yang akibatnya hanya memperpanjang daftar konsekuensi. Saat fokus pada masalah, maka mudah bagi anak tahu dan jelas dimana kesalahannya.
2. Wajar dan Masuk Akal
Sesuaikan dengan kemampuan dan usia anak, jika usia anak masih balita akan sulit untuk membersihkan dan menjemur karpet sendirian, perlu dibantu dan diberikan contoh mengerjakannya. Mungkin anda khawatir anak tidak jera, jika dibantu? Dengan membantu anak saat mengerjakan konsekuensi, hal ini dapat menumbuhkan kedekatan emosional dan pengertian anak terhadap orangtuanya. Ada waktu bersama, asalkan orangtua tidak marah-marah terus saat mengerjakan bersama. Anda tidak perlu mencari efek jera bagi anak, waktu yang digunakan untuk membersihkan karpet sudah membuat dia berada di luar zona nyamannya.
3. Memberikan Pengalaman Belajar
Tujuan konsekuensi memberikan pengalaman belajar dari tidak paham menjadi paham. Memang sebelum konsekuensi diberikan sebaiknya sudah ada aturan yang menjelaskan mana perilaku yang baik dan tidak baik. Jika informasi sudah diterima tetapi tetap dilanggar mana konsekuensi bisa dijalankan. Konsekuensi hanyalah sarana untuk mempertegas bahwa perilaku seseorang ada yang salah dan harus segera diperbaiki. Bukan sarana orangtua untuk melampiaskan kemarahan. Bukan selalu mengungkit-ungkit kesalahan yang sudah lewat, tetapi pada saat kejadian, dan saat menjalankan konsekuensi beri pengertian bahwa hal ini salah. Berikan penjelasan yang benar bagaimana melakukan yang benar (membawa gelas saat jalan). Setelah selesai konsekuensi, sebaiknya tidak mengungkit-ungkit lagi.
4. Menjaga Harga Diri
Hindari membentak, memaki dan berkata kasar kepada anak, apalagi jika didepan orang lain. Hindari menceritakan kesalahan anak berulang-ulang kepada orang lain.
Kedua hal ini bisa merusak harga diri anak dan bisa fatal akibatnya. 
Jika anda sudah memiliki aturan dan konsekuensi yang jelas keteraturan dan disiplin anak akan terbentuk dengan baik.

Cara mengatasi depresi pada anak


Hal yang sangat merisaukan hati dan membuat panik setiap orangtua, saat anaknya tiba-tiba menunjukkan perubahan sikap dan perilaku secara drastis atau tidak seperti biasanya. Hal ini perlu diwaspadai, karena bisa saja anak sedang mengalami depresi atau stres, dimana anak sedang berada dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Berikut ini adalah cara untuk mengatasi depresi pada anak yang wajib diketahui oleh setiap orangtua:
1. Dekatilah Anak dengan Penuh Kasih Sayang
Jika anak mulai memperlihatkan tanda-tanda depresi, inilah saatnya orangtua perlu memberi dosis cinta dan kasih sayang yang kuat pada anak. Anak sangat membutuhkan dukungan emosional dengan sentuhan dan pelukan dari orangtua, yang dapat membuat anak lebih meringankan bebannya, sebab anak tidak merasa sendiri.
2. Bentuklah Anak Untuk Merasa Lebih Nyaman dan Aman
Untuk menurunkan tingkat kecemasan yang dialami, anak membutuhkan suasana yang dapat menyejukkan hatinya. Bila perlu ajak anak ke tempat yang menyenangkan, dan tempat yang dapat membangkitkan gairah serta semangat hidupnya.
3. Membantu Anak Memahami Permasalahannya
Jika anak sudah mau menceritakan tentang masalah yang dihadapinya, ini merupakan pertanda baik. Sudah ada keinginan yang terselip dalam hati anak untuk mengatasi derita hatinya. Namun jika anak masih membungkam dan memendam masalahnya, kita dapat mengetuk pintu hatinya dan memberi dukungan emosional dengan memeluknya. Selanjutnya, ajak anak untuk melakukan relaksasi. Fungsi relaksasi ini, untuk mengikis habis beban yang mengganjal dalam hati.
4. Meyakinkan Anak Pada Kemampuan Dirinya
Setelah anak dapat menerima kenyataan yang menimpa dirinya dengan ikhlas, selanjutnya anak perlu diajak untuk mengembangkan aktivitas lainnya. Khususnya aktivitas yang dapat mengatasi permasalahan yang telah menghantuinya tersebut. Hal ini penting untuk mencegah anak kembali menghayati kesedihan hatinya.
5. Kembalikan Semangat Hidup Anak Dengan Berpikir positif
Agar anak tidak kacau oleh suasana hati yang tidak mengenakkannya, anak perlu dilatih cara berpikir positif. Anak harus dapat melatih diri menghadapi situasi yang menekan atau menghadapi masalah dengan rasional, sehingga latihan ini membuat anak mampu menghadapi keadaan yang menekan atau persoalan dengan lebih memfokuskan pada inti permasalahan, dan berupaya menemukan solusinya.
6. Kembangkan Rasa Percaya Diri Anak
Buat pengertian terhadap anak, bahwa masalah bukan merupakan beban yang harus ditakuti. Anak tidak boleh memandang rendah kemampuan diri sendiri. Seburuk atau sesulit apa pun kondisi yang dihadapi, anak masih mempunyai kekuatan dan kemampuan mengatasinya. Tanamkan keyakinan anak “mampu” menyelesaikan segala bentuk hambatan. Sebab, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

Cara Mengajarkan Anak Bersosialisasi Sejak Usia Dini


Memiliki teman atau sahabat merupakan salah satu dasar penting dalam kehidupan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang memiliki masalah dalam berinteraksi dengan teman sebayanya, cenderung mengalami guncangan emosi yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang memiliki banyak teman.
Dalam kondisi ekstrim, saat mereka dewasa guncangan emosi yang tidak dapat diatasi ini dapat menyebabkan tindakan vandalisme, kriminal, bahkan bunuh diri. Bagaimana dengan anak anda?
Kemampuan bersosialisasi sangat penting dalam masa tumbuh kembang anak, karena dengan bersosialisasi anak akan lebih mudah untuk mengembangkan karakternya.
Mungkin hal ini bukan masalah bagi sebagian anak yang terlahir dengan bakat pandai bersosialisasi. Tetapi bagi anak yang kesulitan bersosialisasi, hal ini dapat menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri dan susah bergaul dengan teman sebayanya.
Berikut ini ada beberapa cara yang dapat membantu anda untuk mengajarkan anak bersosialisasi sejak usia dini.
1. Menjadi Role Model
Anak seringkali mencontoh perilaku dan sikap dari orangtuanya. Oleh karena itu, setiap orangtua wajib menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Dengan melihat bagaimana orangtuanya menyapa, berbicara dan bergaul dengan orang lain, hal ini akan membuat anak lebih mudah untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.
2. Biarkan Anak Berekspresi
Berikan kesempatan pada anak untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya, seperti mengikuti kegiatan pramuka, olahraga, atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendorong bakat anak. Anak akan sangat menikmati, apabila mereka dapat menunjukkan bakat serta minatnya. Salah satu penyebab kurangnya rasa percaya diri terhadap anak, adalah anak tidak memiliki ruang untuk berekspresi.
3. Suasana Keluarga Yang Terbuka
Bangunlah suatu hubungan yang terbuka antara anak dengan orangtua. Salah satu caranya ialah dengan mengajak anak anda berkomunikasi tentang berbagai kegiatannya sehari-hari. Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak anda sedikitnya dua kali dalam sehari, dan biarkan anak anda mengeluarkan isi hatinya. Hal ini akan membuat anak berani untuk bertanya, minta pendapat, ataupun sekadar curhat saja.
4. Beraktivitas Dalam Kelompok
Ajak anak anda untuk bergabung dalam suatu komunitas atau tim olahraga yang sesuai dengan minatnya. Selain dapat mengasah bakat anak, kegiatan ini juga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk bergaul dan mendapat teman baru. Anak-anak biasanya sangat menyukai kegiatan seperti ini, karena itu carilah suatu kegiatan yang dapat dilakukan anak bersama dengan teman sebayanya.
5. Bermain Bersama
Bermain merupakan salah satu cara untuk mengakrabkan diri dengan orang lain, dan dengan bermain anak menjadi lebih bebas dalam mengeluarkan ekspresinya. Ajak anak untuk sesekali bermain di luar rumah bersama teman-temannya, atau anda bisa meminta saudara sepupu atau teman dekatnya untuk menginap di rumah ketika liburan sekolah tiba.
6. Bangkitkan Rasa Percaya Diri Anak
Orangtua adalah orang yang paling tahu dan mengenal karakter anaknya, serta tahu segala kelebihan dan juga kekurangannya. Karena itu bantulah anak anda untuk menemukan rasa percaya dirinya dengan cara berkomunikasi secara personal.
7. Etika Bergaul
Dalam pergaulan, anak harus diberikan pengertian untuk dapat menghargai orang lain. Dengan memiliki etika bergaul yang baik, anak tidak akan canggung untuk bergaul dengan teman sebayanya ataupun orang yang usianya jauh lebih tua.
8. Jangan Terlalu Protektif
Seringkali orangtua terlalu protektif kepada anaknya, sehingga membatasi kesempatan anaknya untuk berinteraksi dengan orang lain. Biarkan anak belajar untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, seperti menelepon temannya, bertanya kepada orang lain, atau membayar sendiri saat jajan.
9. Perhatikan Anak Anda
Agar dapat lebih memahami perilaku anak anda, penting bagi anda untuk memperhatikan mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Jika anak anda pemalu, jangan terlalu memaksanya, tetapi bantulah dia untuk dapat membuka diri dengan teman-temannya. Dukungan dari orangtua sangat membantu anak untuk bersosialisasi.
10. Jelaskan Arti Teman
Berikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya mempunyai teman. Apabila anak anda memiliki pribadi yang tertutup, berilah waktu untuk anak membuka diri. Karena ketika mereka merasa nyaman, saat itulah mereka akan bersosialisasi dengan orang lain.
Kemampuan bersosialisasi ini dapat dilatih sejak anak usia dini, sehingga nanti ketika dewasa mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
Untuk melatih kemampuan bersosialisasi, tentunya juga harus disesuaikan dengan kepribadian anak, karena setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda sehingga cara pendekatan dan latihan yang dilakukan juga berbeda, sesuai dengan kepribadian mereka.

Kamis, 29 Desember 2016

Cara sukses dalam belajar


Cara sukses dalam belajar, antara lain:
1. Pahami Pelajaran anda
Dalam belajar, anda tidak diharuskan menghafal, tetapi diharapkan harus bisa untuk memahami setiap pelajaran yang anda pelajari. Mungkin anda diharuskan menghafal pelajaran seperti dibuku, tetapi cara ini kurang bagus, karena percuma menghafal kalau tidak memahami dan akan membuat anda lupa nantinya (lupa pelajaran yang dihafal), Pahami bukan menghafal.

2. Banyak membaca
Membaca adalah gerbang kesuksesan, karena setiap ilmu yang dimiliki adalah hasil dari apa yang dibaca, hanya sedikit hasil yang kita dengar. Maka rajinlah membaca setiap buku pelajaran anda sambil memahami setiap hal anda bacakan. Baca buku apapun, apakah itu buku pelajaran atau buku yang berkenaan dengan hobi anda.

3. Mencatat Pokok pelajaran
Catatlah hal-hal penting dalam pelajaran anda. Tidak harus mempelajari semuanya, tetapi cukup pelajari poin-poin penting saja. Jangan buang waktu untuk mempelajari yang tidak penting. Jika anda sudah mencatat pokok-pokok pelajaran, tugas anda sekarang adalah menghafal kata kucinya, menghafal kata-kata kunci dalam pelajaran anda. Tentu ini tidak membuat anda harus mempelajari semua pelajaran.

4. Mencari waktu belajar yang tepat
Ini mungkin setiap orang berbeda, terkadang anda nyaman untuk belajar dalam waktu tertentu, jadi gunakan waktu yang anda anggap nyaman bagi anda untuk belajar.

5. Suasana Belajar Nyaman
Kenyamanan suasana dalam belajar juga menjadi faktor penting dalam kesuksesan belajar, maka ciptakan suasana yang nyaman untuk belajar, apakah harus belajar di bawah pokok kayu secara kelompok atau dengan menggunakan ruangan full Ac atau dengan cara yang lain. Jadi, semua itu tergantung kenyamanan anda.

6. Mengembangkan teori yang sudah anda pelajari
Pelajaran yang sudah anda pelajari silakan anda kembangkan, dengan mengembangkan teori yang sudah anda pelajari, anda sedang membangun kreatifitas anda. Makanya orang yang kreatif itu biasa menggunakan kemampuan Otak kanan, yaitu keinginan untuk terus mengetahui dalam suatu teori sehingga ia mampu menghasilkan hal-hal baru. Jika anda ingin kreatif, latihlah kemapuan otak kanan anda.

7. Belajar Kelompok

Dengan metode belajar kelompok anda bisa bertukar pikiran, tentu ini akan memberikan banyak masukan kepada anda sehingga pengetahuan anda semakin bertambah dari hari ke hari.

Pengelompokan Sumber Daya Alam


Pengelompokan Sumber daya alam, dilihat dari:

  • Pengadaannya
      > Sumber daya alam yang tidak dapat dipulihkan, misal: batubara
      > Sumber daya alam yang dapat dipulihkan, misal: hutan (reboisasi)
      > Sumber daya alam gabungan dari keduanya, misal: perkebunan kelapa sawit
  • Sifatnya
      > Sumber daya alam tidak dapat berkurang jumlahnya
      selalu diproduksi asal dikelola dengan baik
      > Sumber daya alam yang dalam jangka waktu tertentu bisa habis
  • Pengelolaannya
      > Sumber daya alam yang dikelola oleh pemerintah
      > Sumber daya alam yang dikelola oleh swasta
  • Kepemilikan
      > Milik umum
      > Milik perorangan
  • Pemanfaatannya
      > Langsung
      Tidak melalui proses-proses tahapan, misal: angin, matahari
      > Tidak langsung
      Melaui proses, misal: minyak, tambang 



Sumber Daya Alam


Sumber Daya Alam adalah segala bentuk-bentuk input yang dapat menghasilkan UTILITAS (kemanfaatan) dalam proses produksi atau penyediaan barang dan jasa.
Sumber daya alam adalah kesatuan tanah, air dan ruang udara termasuk kekayaan alam yang ada diatas dan didalamnya yang merupakan hasil proses alamiah baik hayati maupun non hayati, terbarukan dan tidak terbarukan, sebagai fungsi kehidupan yang meliputi;

  • Fungsi ekonomi,

adanya keuntungan dari proses jual beli sumber daya alam

  • Sosial
adanya manfaat untuk orang banyak
  •  lingkungan.
adanya penggunaan atau pemanfaatan dengan menjaga lingkungan agar terus dapat digunakan.


Hayati: Sumber daya alam yang dapat tumbuh dan berkembang, misalnya: hewan.
Non Hayati: Sumber daya alam yang tidak dapat tumbuh dan berkembang, misalnya: tanah.

Sumber Daya Alam dikategorikan 3 bentuk, yaitu:

1.  Sumber Daya Alam dari bentuk nilai ekonomis:

  • Modal Alam (Natural Resources Stock). Contoh: Daerah aliran sungai,kawasan lindung, danau, pesisir.
  • Faktor Produksi (Komoditas). Contoh: Kayu, air, mineral, rotan ikan,dll.
Perlu adanya upaya untuk pelestarian dan menjaga keberlanjutan kemampuan daya dukungan, karena keterbatasan yang dimilikinya. Apabila, semua Sumber Daya Alam habis atau rusak, maka tidak sumber daya alam todak dapat dimanfaatkan lagi.
2. Sumber Daya Alam berdasarkan nilai ekonomis:
  • Sumber Daya Alam yang terbarukan (Renewable), yang memiliki dua sifat yaitu:
         - memiliki titik kritis (tidak dapat diperbaharui), contoh: ikan, hutan.
         - tidak memiliki titik kritis (dapat diperbaharui), contoh: pasang surut, udara, angin, air.
  • Sumber Daya Alam yang tidak terbarukan (Non-Renewable), yang memiliki dua sifat, yaitu:
         - habis di konsumsi, contoh: minyak, batubara, gas.
         - dapat didaur ulang, contoh: besi, alumunium, tembaga, kertas, plastik.
3. Sumber Daya Alam berdasarkan kegunaan akhir:
  • Sumber daya alam MATERIAL, terdiri dari
          - Material Metalik, contoh: tembaga, besi, alumunium.
          - Material Non-Metalik, contoh: air, pasir, batu
  • Sumber daya alam ENERGI
          contoh: angin, minyak bumi, sinar matahari.